(Sebuah tulisan Yang berawal dari MADING KAMPUS - AKMR)
“ suatu saat Ulal
Asam menyorot kegiatan ladang hati yang diadakan sekali seminggu.yang tanpa
saringan dan terlalu banyak kesempatam ”
Baru kali inilah yang menarik perhatian kami selama
sudah beberapa bulan+ mengadakan penampilan, baru sekaranglah dapat kami liput…
Pertunjukan di panggung “Ladang Hati” pada hari sabtu tanggal
20 maret 2010. salah satunya performance
poet dari Jumadi Selamat buat anda karna telah berusaha mencari
data penyair mana saja yang ada, bukan karena “berpengaruh” atau pun tidaknya.
Jumadi menunjukkan bahwa ia sedang menggali potensi diri dan mengexplore karya
dari Suharyoto. Namun apresiasi (penonton dengan komunikasi/ penilaian dan
penghargaan) dangkal yang menjadi tradisi (kebiasaan) dari ladang hati itu
sendiri. persoalanya, ada bebebrapa pertunjukan yang memang harus diapresiasi
(wacanakan), jika pemahaman interprestasi sudah sama-sama kita ketahui buat
apalagi wacana apresiasi…?? namun menjadi menarik ketika jumadi membawakan puisi
dengan gaya dan gesture ‘ala’ suharyoto, hal ini di kuatkan dengan perkataan
bapak kafrawi “macam aryo aje dikau” (terdengar sayup-sayup). Setelah semua itu
usai (baca puisi) memang tepuk tangan memang tak segemuruh seperti pada lomba
Tari parade atau Gelora teater (ini contoh) mungkin sekedar basa-basi demi menghargai
karena mahasiswa ikut terlibat dalam acara ini (praduga) yang memang acara ini
dominant ditonton oleh orang-orang dalam akademi kesenian melayu riau (itu
saja) dan acara ini sedikit bersifat “improvisasi” ini fakta, karena memang
salah seorang redaksi ulal asam pernah diajak dan bersedia berimprovisasi. Ladang
hati maksudnya tidak “ter”management dengan usaha yang baik. Akhirnya para
pelaku (actor/aktris) merasa tidak mendapat apresiasi yang baik dan survey ini
dikuatkan oleh pernyataan salah seorang penyaji tari yang menceritakan Tari
permainan “domino” oleh Verawati “dalam waktu proses yang sedikit, namun ini
tolong dihargai”.
Beberapa saat sebelum/setelah
itu Jumadi menaiki panggung ladang hati membaca puisi suharyoto….. Anak ayam,,, kandang kambing,,. Papaya
busuk, kebun palawija, dan petani……(barcon)
ada yang bilang suharyoto itu ‘meta teater’ ada yang bilang suka ‘trans…?? Dan
kami harus mengulang perkataan yang dikatakan bpak kafrawi “macam aryo aje
dikau”.. (barangkali dapat soulnya)
apresiasi buat puisi ini kelihatan frekwensinya menurun sebab kurang glamour (mungkin)…
Tapi sikap penonton terhadap
puisi aryo tak ‘seluap-luap’nya apresiasi Bpak hukmi (akui : saya gemetar
mengatakan ini semua) “Tak usah pakai salam karna kita sama-sama punya agama”…
yang penting ini semua adalah
Akumulasi dari saaat -saat yang saya lihat, puisi ini
sangat sederhana ‘sakink’ tanpa metafora lagi…. Tak ada lagi perumpaan yang bisa
dibahasakan dalam pengungkapan semacam ini. Apa sebenarnya yang mereka pikirkan
tentang aryo….??? Kemudian diatas panggung Hukmi Kembali bicara “Pake otak dan
hati” Adalah : kerja sistematis dan merupakan pusat segala perasaan bathin serta
tempat menyimpan pengertian (versi Ulal Asam.) …?? “Mari
kita bersama-sama berfikir Objektiv” adalah : tanpa ada pandangan
(pertimbangan) pribadi, dan semua pendapat akan dikembalikan ke kita.(versi
Ulal Asam)
“Siapa yang Tidak sepakat kalau suharyoto adalah orang
lain….?? Dan siapa yang mau membantah…!! Inilah yang disampaikan oleh Hukmi
pada Ladang hati tentang aryo…. Yang penting ini adalah Akumulasi dari saat-saat
itu, dan ini hanya moment pemicu bahwa kita telah berpikir buruk tentang aryo….(atau
dugaan saja) Merasa perbedaaan adalah orang lain, berati menganggap diri kita
adalah hanya ‘MTQ’ ketika kita berjalan di
trotoar sudirman saja kita sudah
tersesat… dan kita akan bertanya pada pedagang gerobak dimanakah tempat saya
berdiri sekarang. (perumpamaan yang aneh…hihihi banyak orang aneh soalnya..!!)
kapan awak buka wacana baru ny, kalo kayak gini terus ???
satu, dua, tiga @##@$%DE#$@# , !#)*&KI#!@ *$M4!(&%%K
semua penonton diam……stststsss…(barangkali ada
gangguan otak dan janin, tp ini tidak Akurat… yang paling bahaya itu gangguan
hati)
Setelah keheningan sesaat
terjadi di ladang hati, beberapa penampilan kembali dilanjutkan diantaranya
lagu-lagu pop (versi akustik alecktrik). Ini sepertinya menjadi Trend pada
Areal kampus seni dan terbukti apresiasi lebih itu diberikan.
Peluang kesempatan membuat pertujukan dimana-mana
mungkin kita miliki cukup besar, namun pertujukan dengan saringan itu yang
sulit kita terapkan. Itulah budaya praktis, jadinya tanpa ada kualitas…!!!
Komentar
Posting Komentar
Apa komentar mu...?